Nih ada pengantar dulu sebelum gw sendiri kasih opini tentang kongres PSSShit nya:
"Kongres PSSI? Pasti lo semua tau kan apa yang terjadi dalam kongres yang diadakan hari Jum'at (20/5) oleh Komite Normalisasi yang diketuai oleh Agum Gumelar dan diadakan di Hotel Sultan Senayan, Jakarta kan? Pasti hampir semua tahu, lha wong disiarin terus kok di TV sampai sekarang. Yah, cukup—bahkan sangat MENGECEWAKAN hasilnya. Bukannya milih ketua umum PSSI malah ribut gak karuan kayak DPR kalo lagi rapat. Yah pasti lo tau kan (yang tahu beritanya) siapa yang bikin tuh keributan? Itu tuh, sekelompok manusia yang—katanya sih, berotak—berjumlah 78 orang dan menamakan diri mereka "Kelompok 78". Mereka itu sekelompok orang yang tetap mempertahankan pendapatnya soal George Toissuta dan Arifin Panigoro tetap menjadi calon ketua PSSI. Padahal, FIFA (badan sepakbola tertinngi dunia) menyatakan bahwa ada empat nama yang tidak boleh mencalonkan diri mereka sebagai ketua PSSI, yaitu, tentu saja, Nurdin Halid, lalu Nirwan Bakrie, serta George Toissuta dan Arifin Panigoro. Kalo nama pertama dan kedua sih pasti agan-agan juga udah gak mau ada nama mereka lagi sebagai calon ketua. Nah masalahnya adalah dua nama terakhirnya itu. Kenapa mereka juga gak boleh mencalonkan diri? Karena mereka ada campur tangan dalam pendirian Liga Primer Indonesia (LPI) yang jelas-jelas ilegal menurut PSSI dan FIFA.
Tapi tidak seperti Nurdin dan Bakrie yang (akhirnya) legowo (alhamdulillah...) Toissuta dan Panigoro tetap ngotot bahwa mereka akan mencalonkan diri sebagi ketua, yah juga didukung sama si K-78 itu. Nah finally diadakan juga kan Kongres PSSI Jum'at kemaren. Bukannya masalah PSSI selesai melalui kongres tersebut malah GAGAL TOTAL karena sekelompok manusia BANGSAT yang jumlahnya 78 orang itu. Padahal di situ juga ada utusan dari FIFA yang tugasnya mengamati kongres, Thierry Reggenas. Haarusnya sih si Reggenas diem aja. Tapi karena mereka—K-78 itu yah nanya kenapa harus Toissuta dan Arifin juga ikut ga dibolehin nyalonin diri, yah akhirnya si Reggenas ngomong juga, yah sebab bukannya karena yang LPI itu. Nah mereka gak terima tuh. Udah deh lama-lama ribut. Bahkan saking ributnya, wakil walikota Solo (hehe gw lupa namanya) udah gak tahan lagi dan dia ngomong dia mundur dari KN dan langsung keluar dari kongres neraka itu. Yak suasana masih ribut aja dengan adu argumen mempertahankan ego, akhirnya sang ketua KN, Agum Gumelar mengatakan kongres ditutup sambil mengetuk palu tiga kali. Bloody hell!"
Mungkin reaksi gw sama kayak reaksi lo semua. Gw sebagai salah satu dari jutaan—bahkan puluhan juta penduduk Indonesia yang menggemari sepakbola kesel liat kongres ini pas hasilnya disiarin di TV, nongol di koran, dan melenggang di internet. Gimana gak kesel coba, kita berharap hasil yang baik malah jadi buruk—bahkan SANGAT BURUK! Padahal paginya gw berdoa supaya kongres PSSI berjalan dengan lancar dan masalah yang ada dalam tubuh PSSI terselesaikan. Tapi? What!? Pas gw liat timeline di Twitter malah pada ngomongin kongres PSSI yang rokes. Langsung aja gw nyalain TV eh iya bener lagi pada ngomongin. Waduh istighfar gw tiap liat tuh berita.
Oh ya my opinion, this is it:
Gagalnya Kongres PSSI bikin malu negara aja. Bayangkan saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Abang (eh tanah air deh, mang preman tanah abang) gak cuma kita aja masyarakat Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 230 juta, tapi seluruh dunia juga kemiungkinan tahu akan hal ini! Makin malu ajadah kita. Untung teman-teman dunia maya saya yang di luar negeri gak ngebahas masalah ini (semoga aja gak tau ya haha).
Lalu gw merasa bahwa kejadian kongres itu adalah kejadian paling kelam dalam persepakbolaan Indonesia (cailah). Kenapa juga hal konyol seperti ini harus terjadi? Seharusnya hal yang 'menggelikan' itu gak bakal terjadi andaikan K-78 itu menggunakan otaknya dengan berpikir jernih, rasional, dan positif. Bukan berpikir ala binatang yang adanya cuma hawa nafsu doang. Seperti kata Armada, "Mau dibawa kemana?" ya, mau dibawa kemana sepak bola Indonesia, yang notabene sedang melangkah menuju kesuksesan? Untung aja FIFA belom ngasih keputusan apa kita harus diberi sanksi atau nggak. Jadi masih bisa berharap deh (semoga nggak, tapi kalo iya semoga aja jadi pada mikir). Tapi kalo misalnya FIFA menjatuhkan sanksi dan kita di-banned? Yah, gak boleh ikut event-event internasional deh. So, berharap aja buat tanggal 31 Mei nanti. Selain kita gak boleh ngikut event internasional, banned juga bakal berdampak di liga domestik. Mungkin liga domestik jadi agak kurang bergairah lagi, dan sponsor juga agak mulai letoy.
Nah, ini yang paling parah dampaknya: PEMAIN. Yah siapa lagi kan? Pelaku utama dalam permainan sepakbola ya pemain. Kalo misalnya jadi di-banned, mungkin pemain-pemain jadi agak kurang semangat mainnya. Tak ada timnas, gak ikut kualifikasi, dan juga klub-klub yang seharusnya bisa lolos ke ajang AFC Champions League atau AFC Cup, atau gabisa ikut SEA Games, piala AFF, piala AFC, bahkan mungkin Piala Dunia (hiyaa lebay!). Apalagi buat para pemain muda yang sedang mengemban ilmu di luar negeri, di timnas junior, atau masih di SSB lokal biar bisa jadi pemain hebat seperti idola mereka. Seperti kata Syamsir Alam, "Jangan renggut mimpi kami!"
Masalah tindakan mereka yang ada di dalam kongres, tidak termasuk 'wong cilik' seperti semut, tikus, kecoa, cicak, bahkan nyamuk, juga tidak termasuk pers yang hanya nulis-nulis dan rekam kongres. Duh, mereka sungguh memalukan! Mau nyamain DPR kalo rapat apaya? Padahal usia mereka itu di atas 20 tahun semua, yah usia yang dewasa bukan? Tetapi kenapa kelakuan mereka malah kayak anak 3 tahun kalo direbut mainannya—bahkan lebih parah dari itu? Terlebih lagi si K-78 itu, mentingin ego doang. Parahnya lagi apa yang mereka lakukan itu mereka anggap benar! Hey! Where's your brain at? In your ass? Katanya demi istri dan anak mereka. Yaelah, mending istri ama anak lo seneng lo ngelakuin gitu. Gak nyambung wooi!
Yah jadi gak hanya K-78 juga yang koreksi, tapi KN juga, mungkin pemerintah ngikut juga kali ya, atau ikut sertakan saja Gayus Tambunan (ga ada urusan!). Kita yang masyarakat biasa gak bisa berbuat apa-apa selain ngasih pendapat dan berdoa. Atau bikin kongres tandingan perlu juga kali ya? Haha, LOL. Kejadian ini gak bakal terjadi andaikan Nurdin Halid udah mundur dari jaman gw masih SMP, bukan pas dipaksa berkali-kali ampe FIFA akhirnya turun tangan gini.
Oke, that's only my opinion.
No comments:
Post a Comment