Waarschuwing!!!

Blog ini tidak diperuntukkan kepada:

1. Yang tidak/belum bisa membaca

2. Yang tidak suka sama isinya atau backgroundnya

3. Yang tidak memiliki nyali untuk membuka blog ini



Jika Anda ingin membaca blog ini, persiapkan mental Anda, serta harus kuat rohani dan jasmani.

Monday, March 17, 2014

10 Penjaga Gawang Terbaik Sepanjang Masa

1. Lev Yashin (Uni Soviet)
Pemain legendaris ini merupakan kiper yang berada di urutan paling atas dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh IFFHS. Yashin terpilih berkat kemampuan atletisnya dan juga postur tubuhnya yang membuat gentar para pemain penyerang lawan.
Ia mendapat julukan Laba-Laba Hitam karena selalu mengenakan kostum hitam dan juga karena keahliannya menepis tembakan lawan seolah-olah membuatnya memiliki delapan tangan.
Pemakaian namanya oleh FIFA untuk penghargaan bagi kiper terbaik di setiap Piala Dunia merupakan pengakuan insan sepakbola dunia terhadap prestasinya.
2. Rinat Dasayev (Uni Soviet)
Bila tidak ada trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten, bisa jadi tim Uni Soviet yang akan menjadi juara di Euro 1988. Dasayev tampil cemerlang selama berlangsungnya turnamen di Jerman, dan hanya Gullit dan tendangan volley van Basten yang mampu mematahkan perlawanan Soviet di final.
Dasayev yang dijuluki “Tirai Besi” dianggap sebagai kiper terbaik kedua di Rusia setelah Yashin. Ia tampil di tiga Piala Dunia dan bermain sebanyak 91 kali bagi tim nasional Soviet hingga pensiun di tahun 1990. Terakhir ia tampil di Luzhniki Stadium saat final Liga Champions Mei lalu dengan membawa piala tersebut ke lapangan. Hal itu berkaitan dengan tugasnya sebagai duta final itu di Moskwa.
3. Dino Zoff (Italia)
Piala Dunia 1982 menjadi puncak prestasi Zoff. Di usianya yang ke-40, ia menjadi pemain tertua yang memenangkan Piala Dunia. Selain itu, ia juga menjadi kiper kedua yang menjadi kapten di tim yang juara, dan juga terpilih menjadi kiper terbaik.
Padahal di awal karirnya, ia sempat ditolak oleh Inter Milan dan Juventus karena dianggap kurang tinggi. Di jajak pendapat untuk mencari kiper terbaik di abad ke-20 yang dilaksanakan oleh Federasi Internasional Statistik dan Sejarah Sepakbola (IFFHS), Zoff berada di posisi ketiga di bawah Lev Yashin (Uni Soviet) dan Gordon Banks (Inggris).
4. Gordon Banks (Inggris)
Banks menjadi pilihan pertama manajer Inggris Sir Alf Ramsey saat Three Lions menjuarai Piala Dunia 1966. Namun, ia baru menjadi legenda di dunia sepakbola lewat tindakan yang dilakukannya empat tahun kemudian di Piala Dunia Meksiko.
Saat Inggris bertanding melawan Brasil, Pele menanduk bola ke tiang jauh gawang Inggris sambil berteriak “Gol!”. Hal itu dilakukannya karena ia sangat yakin Banks tidak dapat menyelamatkan gawangnya.
Tetapi Banks yang berada dalam posisi yang salah, berhasil melompat ke arah yang berlawanan dan menyentuh bola tersebut dengan sebagian ibu jarinya hingga bola itu mental melewati mistar gawang. Sang kiper tahu ia dapat menyentuh bola, namun berpikir bolanya masih melewati garis gawang. Ia baru sadar tidak terjadi gol setelah mendengar sambutan dari penonton di stadion dan diselamati oleh kapten Bobby Moore. Pele sendiri mengatakan kalau penyelamatan yang dilakukan Banks tersebut adalah yang terhebat yang pernah ia saksikan.
5. Peter Schmeichel (Denmark)
Tinggi besar, rambut pirang, dan hidung merah. Tiga hal tersebut adalah hal yang selalu tampil di ingatan bila nama Schmeichel disebut. Namun bagi para striker yang menjadi lawan Manchester United dan tim nasional Denmark, "The Great Dane" itu menjadi tembok raksasa yang tak dapat ditembus.
Tingkat refleksnya yang mengagumkan bagi orang seukuran dia, serta kemampuannya mengubah pertahanan menjadi penyerangan langsung lewat lemparan jauhnya ke para penyerang, menjadi salah satu alasan utama mengapa United menjadi tim yang mendominasi Liga Primer Inggris di era 90an.
6. Gianluigi Buffon (Italia)
Nilai transfer yang menjadikannya kiper termahal di dunia menjadi bukti kepiawaian Buffon menjaga gawang di lapangan hijau. Selain itu, sederet gelar individual yang diraihnya dari berbagai pihak juga menjadi jaminan atas kemampuannya.
Saat di Piala Dunia 2006, gawangnya tidak tertembus satu gol pun selama 453 menit hingga akhirnya Azzurri menjadi juara dan Buffon mendapatkan Lev Yashin Award sebagai kiper terbaik selama turnamen tersebut.
7. Iker Casillas (Spanyol)
telah tampil lebih dari 300 kali bagi Real Madrid dan menjadi kiper kedua yang bermain paling banyak bagi tim nasional Spanyol setelah Andoni Zubizarreta. Saat Spanyol menjuarai Euro 2008, Casillas menjadi kiper pertama yang menjadi kapten di tim juara turnamen Eropa.
Walaupun ia baru bermain di tim senior Madrid sejak 1999, ia kelihatannya selalu menjadi pilihan pertama Los Merengues di bawah mistar. Di usianya yang ke-19, Casillas menjadi kiper paling muda yang tampil di final Liga Champions saat Madrid mengalahkan Valencia 3-0.
8. Petr Cech (Republik Ceko)
Ketika Chelsea menjadi juara Liga Primer selama dua kali berturut-turut, banyak pihak menganggap itu adalah akibat dari tangan dingin Jose Mourinho. Tetapi yang berada di bawah mistar The Blues adalah Cech, yang baru dibeli dari Rennes dan tadinya akan dijadikan cadangan Carlo Cudicini.
Saat Cech harus absen selama tiga bulan akibat benturan dengan pemain Reading Stephen Hunt, Chelsea gagal mempertahankan gelar Liga Primer. Insiden tersebut membuat Cech harus mengenakan pelindung kepala hingga sekarang.
Cech menjadi kiper terbaik 2008 pilihan UEFA, dan walaupun sempat membuat blunder di Euro 2008 saat melawan Turki, ia tetap menjadi pilihan pertama di tim nasional Republik Ceko dan juga Stamford Bridge.
9. Edwin van der Sar (Belanda)
Saat van der Sar memblok tendangan Nicolas Anelka di final Liga Champions, ia benar-benar menjadi momok bagi pemain Chelsea saat adu penalti. Hal itu karena di ajang Community Shield sebelumnya, ia juga telah melakukan hal yang sama dengan menepis semua tendangan penalti yang dilakukan pemain The Blues.

Van der Sar menjadi pemain yang paling banyak membela tim nasional Belanda dengan tampil sebanyak 128 kali dan akhirnya pensiun setelah Euro 2008. Ia juga mencatatkan dirinya sebagai kiper yang menjuarai Liga Champions bersama dua klub yang berbeda, yaitu Ajax Amsterdam dan Manchester United.
10. Dida (Brasil)
Setelah Claudio Taffarel, Dida menjadi kiper baru asal Brasil yang diperhitungkan dalam dunia sepakbola. Hal itu terbukti saat dirinya menjadi kiper pertama dari tim Samba yang termasuk dalam kandidat peraih Ballon d’Or di tahun 2003 dan 2005.

Biarpun Dida telah memenangkan Piala Dunia bersama Brasil, dan berbagai gelar domestik & internasional bersama AC Milan, sayangnya ia juga dikenal akibat beberapa insiden yang kurang baik. Yang terakhir adalah saat ia pura-pura jatuh dan terluka saat disentuh oleh seorang suporter Glasgow Celtic di pertandingan Liga Champions.

Wednesday, March 5, 2014

Haruskah Seorang Wanita...

Sebenernya gue lagi bingung mau ngepost apa. Tapi tiba-tiba aja keluar ide buat ngepost yang udah lama pengen gue ungkapin tapi bingung. Yah ini cuma curhatan gak jelas gue aja.

Oke, secara biologis, udah ditulis juga di akte kelahiran, kartu keluarga, KTP, dan juga gue selalu nulis di setiap biodata kalau jenis kelamin gue itu adalah perempuan. Tapi ada tapinya.

Gue merasa, bahkan yang lain merasa, diri gue bukanlah diri yang seharusnya ditakdirkan Tuhan buat gue.

Yap, gue cewek, tapi pribadi gue bukan seperti itu. Bukan orang lain aja yang ngerasa begitu, tapi gue sendiri pun begitu. Mau gimana lagi? Dari kecil emang udah ngerasa emang gue enaknya begini. Dan di keluarga gue cuma bokap yang cowok (lebih pantas disebut pria). Adek aja cewek. Dan entah kenapa itu mungkin sebab gue jadi kayak cowok. Kayak lho ya.

Pecicilan, suka yang agak aneh, olahraga, jalan-jalan tanpa tujuan sendiri, urakan, dan yang paling parah adalah dianugerahi suara yang indah menurut gue tapi cukup mencengangkan menurut orang lain, apalagi yang baru pertama denger suara gue yang bassnya itu udah gak bisa dikecilin. Malah makin kesini kata beberapa orang yang lama kenal sama gue malah makin gede bassnya.

Masalah fashion, yah fashion kemana-mana selalu aja kayak cowok. Yang kegedean, pake celana, dan intinya gak mau ribet. Cuma tambahannya gue make kerudung, jadi ketahuan kalo gue cewe. Seenggaknya. Kelakuan? Apalagi. Yah seenggaknya kali ini lebih kondisional aja. Kalo ketemu orang tertentu aja baru bisa jadi cewek dikit? Kalo udah kenal? Boro-boro. Haha.

Dan hampir 20 tahun itulah habit gue. Yah, lo tau sendiri kan habit (kebiasaan) itu paling susah diilangin. Bisa sih, asal ada kemauan orangnya aja.

Dari kecil gue selalu diingetin kalo punya kelakuan itu yang kayak cewek harusnya atau berubah dikit dong jadi cewe. Tapi apa hasilnya? Nihil. Begitu pula ampe sekarang.

Tapi yang sekarang itu semakin kenceng aja yang nyuruh gue harus berubah menjadi seharusnya yang ditakdirkan, apalagi sama orang tua dan temen yang deket: menjadi apa yang dinamakan wanita. Wanita yang sebenarnya. Yang seharusnya, seperti wanita yang lain. Dan wajah atau jawaban gue adalah: "Kenapa harus begitu?"

Dan inilah beberapa jawaban dari mereka:
  1. Umurmu tuh udah tua tau. Mana sebentar lagi udah 20 tahun. Udah gede kamu.
  2. Liat dong yang lain, mereka yang tadinya kucel, pecicilan, tomboy aja bisa jadi cakep sama cewek banget. Lha kok kamu gak ada berubahnya.
  3. Inget, agama gak ngebenerin lo buat melawan takdir. Kalo lo cewek ya jadi cewek dong.
  4. Kalo begini terus mana ada cowok yang ngelirik kamu?
  5. Ya masa lo mau pecicilan, kasar, tomboy terus gini sih? Ntar kesananya mau jadi apa?
Oh my God, what kind of that answer!? Gua selalu pusing dengan jawaban yang relatif itu-itu aja. Cuma itu doang jawaban yang gue denger. Apa gak ada yang lain!?

Setelah mendapat jawaban yang ada 5 jenis itu walaupun dengan kalimat yang bervariasi. Pastinya ada pertanyaan lain yang bikin gue bingung yang sampe sekarang itu masih terngiang di telingaku bisik cintamu. Eh, malah jadi terlena. Maksud gue masih terngiang di pikiran gue.
  1. Apa gunanya kalo gue itu terlalu sesuai dengan apa yang ditakdirkan Tuhan?
  2. Apa harus gue ngikutin orang lain?
  3. Apa semua cowok suka yang feminim?
  4. Apa masa depan yang tomboy itu suram?
Oke, buat pertanyaan pertama itu, astagfirullah, tentunya gue gak mau yang namanya ngelawan takdir karena apa yang udah dikasih sama Tuhan itu emang yang paling baik dan pastinya semua yang diberi sama Dia itu pasti ada hikmahnya. Ada pelajarannya, yang bikin kita itu bersyukur. Dan gue juga tau kalau Allah itu gak suka sama wanita yang menyerupai pria. Tapi gini, se-tomboy-tomboynya tuh cewek pasti ada sisi, seenggaknya satu sisi, yang nandain kalo dia itu emang dasarnya cewek. Walaupun bener-bener kayak cowok, naluri asli ceweknya itu pasti ada. Apalagi kalo udah hormon berkembang. Dan se-tomboynya cewek, pasti ada sifat tertentu yang nunjukin kalo cewek itu emang calon ibu masa depan. Apapun itu. Oke, gue emang gak terlalu suka sama hal yang terlalu cewek. Tapi ada beberapa hal yang, yah, emang disitu sisi cewek gue, walaupun gak tau persisnya apa karena yang lebih tau itu Tuhan dan orang lain.

Pertanyaan kedua gue itu. Gini. Banyak banget temen-temen kecil gue yang cewek, yang tadinya itu tomboy lah, mukanya kucel lah, dicengin mulu karena penampilannya lah. Dan tiba-tiba pas reunian, atau yah sekedar iseng aja kepo di socmed, atau denger cerita orang, kalo tuh cewek jadi berubah banget. Jadi cewek banget, jadi cantik banget, pokoknya jadi berubah 180 derajat deh dari segi penampilan dan kepribadiannya. Ini kisah nyata, pake banget. Apalagi waktu reunian, semua temen gue yang cewek itu merawat betul badannya. Sementara gue, muka dari kecil ampe sekarang gak ada yang berubah. Kulit tetep aja item, malah makin item, suara gue gak bisa jadi soft, malah makin bass. Kalo dilatih gue berharap banget jadi kayak Pavarotti. Pecicilan, nyablak, agak barbar. Alhamdulillah gw berusaha untuk menjaga kesehatan. Dan itulah gue. Secara gak sadar gue menikmati diri gue yang seperti ini dan persetan dengan orang lain. Mereka lebih kenal gue yang begini dan gue begini karena inilah gue, bukan karena akting tau ada alasan tertentu. Toh selama gak ngerugiin dan nyakitin orang lain apalagi bikin dosa. Dan kalo gue mandang yah, kenapa sih harus segitunya banget, maksud gue tuh pake dandan lebay, baju ampe kayak gak ada bahan lagi, sepatu haknya naujubilah. Oh God, yang gw yakinin kan Allah suka yang sederhana, karena berlebihan juga gak baik. Dan itulah alasan kenapa gua lebih baik kayak orang gak punya atau apalah itu, yang ada aja. Gimana ya? Gini ya.

Okelah ya bagi gua sih wajar aja cewek itu pengen tampil cantik. Yah itumah bukan rahasia lagi kan. Orang secakepnya cewek yang penampilannya kayak cowok tetep aja dibilang cantik, cantik dari caranya sendiri. Cuma kalo gue, itu masih tanda tanya besar. Tapi apa yang gue liat lama-kelamaan itu malah aneh banget ya. Dandannya lebay, eyeliner ampe tebel 1 senti padahal cuma mau ke rumah tetangga main doang, lipstik merah menyala nan menantang bo' (merah jablay), pake bb cream ampe-ampe muka ama leher putihan mukanya, atasan yang harusnya jadi daleman baju malah jadi pakaian luar, celana yang cuma sepaha yang ampe bikin gue bingung apa dia gak masuk angin pulangnya, terus sepatu yang uwoow kill heels bo, haknya ampe belasan centi. Terus ada lagi nih ya, disini gue yang juga orang yang pake kerudung, jaman sekarang gue bingung sama istilahnya hijabers. Oke, I'm happy when thay're decided to covering their heads, hairs, and necks with hijab. But in reality? Oh God, bukannya gue sok alim ya. Disini juga gue orang yang gak alim banget, masih belajar lah. Tapi kok yang dibilang hijabers itu, jujur, malah gue miris, mereka pake kerudung kok tapi yang gue liat malah sama aja mereka cuma pake topi atau pake hoodie gitu lah ya. Inget ya, gw bukan sok alim. Gue juga masih gak bener, make kerudung gue itu tapi cuma standar aja, tapi gak terlalu panjang, dan gak pendek juga nggak mungkin. But at least it's covering my hair, head, neck, and also my chest, and my back, insya Allah.

Dan terus apa yang harus gue ikutin dari fashion yang kayak gitu? Even my mother said that I must follow that fashion! Oh, mom, wake up, I refuse that statement not because I'm ancient or because of my boyish. But, it because of the reality of life. Coba deh lo nalar, banyaknya kejahatan yang korbannya cewek (baca: pelecehan seksual), itu pasti ke cewek yang yah yang golongannya lebay fashion itu deh. Coba lo ke yang gak dandan, mukanya item, pake kerudung, baju biasa aja cenderung ke oversize, dan diem cuma nyapa yang biasa aja kalo ada yang nanya, man, paling cuma nanya apa adanya, kalo nggodain juga cuma "Assalamualaikum, Neng.", udah bubar. Coba deh lo ke yang kelompok 'lebay' itu, kalo ditanyain, palagi ama cowo, jawabannya hadeh, menyayat hati yang denger bo, rata-rata. Ya pantes aja ada kejadian orang niat awal cowonya begitu ditambah cewenya yang begitu yaudah deh say goodbye.

Terus yang pertanyaan yang ketiga itu. Cowok. Emang ya semua cowok begitu? Gue disini emang banyakan temen cowok dan merasa lebih nyaman temenan ama cowok walaupun yang cewek juga ngerasa enak tapi gak sebanding ama cowok. Tapi kalo udah masalah yang yah gue gak pernah nanya tipe ideal cewek temen-temen gue itu. Mungkin karena gue emang orang yang, elah apaan sih, emang penting banget gitu ya lo punya pacar? Oke kalo soal ini itu masing-masing orang sih. Tapi kalo gue, yah seneng ama lawan jenis wajar lah, maklum gue udah remaja gini. Tapi pacaran, kayaknya nggak deh. Bukannya kenapa, karena cowok yang gue suka itu kemungkinan gak suka sama gue. Jadi cuma sekedar pendam dalam hati aja. Anjir jadi curhat gini. Tapi, boys, what you looking at the first sight when you love a girl? Of, course, most of them choose the physics! The body! Dan timbul beberapa kalimat aneh:
  1. Apa harus ya semua cowok begitu?
  2. Ada gak sih cowok yang lebih ngeliat baiknya cewek daripada badannya? Langka!
  3. Terus nasib gua yang jelek ini gimana? Gak bakal dapet?
Dan gua pernah ngomong ini ke temen gua yang cewek soal pertanyaan ketiga ini, dia jawab, "Kamu tuh gak jelek. Cantik kok. Cuma emang kayak cowok. Dan pasti ada kok suatu saat nanti." Dan gue pernah ngomong ini ke cowok dan jawabannya, "Lo jangan gitu. Lo gak gitu kok. Udah ada yang nentuin kok." Okay, I always believe that God have design every people's life, from born till death, termasuk yang jodoh ngono-ngono. Tapi apa gak ada yang menerima cewek apa adanya? Yah ada sih, masih banyak.

Dan yang terakhir, soal masa depan. Wey, cewek yang begitu malah keren. Walau misalkan sama atasan karena penampilan yang kurang menarik malah sering disuruh tapi kan hikmahnya jadi lebih belajar tentang kehidupan daripada wong lenjeh yang taunya hedon doang. Dan cewek yang begini tuh lebih sabar men daripada yang lenjeh walaupun kadang-kadang kalo disenggol malah bacok.

Aduh, dari tadi udah aneh aja postingan ini.

Tapi setelah dipikir, umur gue mau nginjak 20, gue mahasiswi, dan gue cewek. Sedikit nyoba walaupun jadinya aneh dan gue gak nyaman dan beberapa temen gue ngerasa gue aneh banget. Tapi haha, waktu itu pernah iseng nanya soal pengen berubah itu, awalnya gue takut karena bakal diketawain. Ternyata? They're support me to do that. Tapi kenyataannya, berat banget. Jujur, ninggalin yang beginian itu lebih susah daripada lo ngerjain soal SNMPTN. Suruh pelan-pelan, tapi tetep aja berat. Karena itu udah kebiasaan yang emang udah lama banget. Tapi mau gimana, gak boleh melawan takdir. Dan di diri gue masih susah banget buat ninggalin habit yang udah dari dulu ngakar.

So what must I do?