Waarschuwing!!!

Blog ini tidak diperuntukkan kepada:

1. Yang tidak/belum bisa membaca

2. Yang tidak suka sama isinya atau backgroundnya

3. Yang tidak memiliki nyali untuk membuka blog ini



Jika Anda ingin membaca blog ini, persiapkan mental Anda, serta harus kuat rohani dan jasmani.

Friday, October 15, 2010

Keangkuhan Dibayar Pengetahuan

Ehm, pertama-tama saya mohon maaf dan meminta izin kepada pihak BOLA karena saya mem-post ulang artikel tabloid BOLA yang terbit pada 11 Oktober 2010. Juga tak lupa saya meminta izin kepada bung Ario Yosia selaku penulis dari artikel ini.


 

Artikel ini berkaitan dengan pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Uruguay yang diselenggarakan pada Jum'at (8/10) lalu di satdion utama Gelora Bung Karno Jakarta. Tim nasional Indonesia dicukur habis 7-1 oleh tim nasional Uruguay. Padahal, gol pembuka dicetak oleh Boaz Solossa untuk Indonesia di babak pertama. Strker yang juga bermain bagi klub Ajax Amsterdam. Luis Suarez, mencetak hattrick dalam laga ini.


 

Gak usah lama-lama basa-basi, kita simak artikel yang ditulis oleh bung Ario Yosia ini.


 

Para jurnalis mungkin dibuat kesal bahkan bete dengan keangkuhan yang ditunjukkan Oscar Washington Tabarez Silva menjelang pertandingan antara Indonesia vs Uruguay. Sejak tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Selasa (5/10), pelatih kelahiran Montevideo, 3 Maret 1947 ini amat irit berbicara saat coba diwawancarai awak media.

Komentar pendek "No Speak English," terlontar dari pelatih yang pernah menukangi AC Milan, Cagliari, dan Boca Juniors tersebut saat dikerubuti para wartawan yang sudah berjam-jam menanti kehadirannya.

Saat ditanyai dengan menggunakan bahasa Spanyol oleh salah satu reporter stasiun televisi, jawaban yang dilontarkannya terkesan singkat dan malas-malasan. Padahal, sang reporter berasal dari stasiun televisi pemegang hak siar friendly games.

"Belagu," seloroh salah satu rekan dari surat kabar ibu kota.

Peringatan soal bakal cuek-nya Tabarez terhadap media sudah disampaikanketua panpel pertandingan uji coba, Joko Diryono. Pria yang menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesia ini mengungkapkan bahwa tim Uruguay tak mengharapkan publikasi dari media. "Kalau mau mencoba silakan, tapi saya sudah ingatkan lho mereka tak mau diliput," kata Joko.

Sehari berselang sikap angkuh tetap ditunjukkan pelatih yang saat bermain berposisi sebagai bek tersebut. Ia tak mau kegiatan latihan La Celeste dibuka buat umum.

Aktivitas Luia Suarez dkk. juga dibatasi sang mentor. Saat tak latihan, para pemain diminta untuk tinggal di kamar. Para pemain tak diberi kesempatan untuk menikmati keindahan kota Jakarta yang jarang mereka kunjungi.

Di kamar pun fasilitas hiburan terhitung minim. Mereka hanya bisa menikmati TV kabel plus gim konsol. Ini atas permintaan Tabarez.

Seorang kru stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan persahabatanbercerita bagaimana Luiz Suarez yang sudah berdandan rapi bersiap-siap untuk berjalan-jalan sore ke pertokoan Senayan City, yang diatur panpel pada Rabu (6/10) sore, berubah menjadi cemberut setelah diberi tahu oleh ofisial agar kembali ke kamarnya untuk beristirahat menjelang latihan malam.

Larangan itu berlaku karena hujan deras yang mengguyur ibu kota? "Tidak. Kalaupun tidak hujan, tetap tidak boleh pergi. Jalan-jalan akan membuat mereka kelelahan saat latihan," sebut Tina Tsabounati, perwakilan agensi yang mewadahi sejumlah pemain Uruguay.


 

Pemain Dibentak

Tina pun membocorkan bahwa sejumlah pemain tim semifinalis Piala Dunia 2010 sempat dibentak Tabarez. "Kalian datang bukan buat jalan-jalan. Ingat, kalian ini duta bangsa. Tingkah laku kalian amat diperhatikan di Indonesia," ujar Tina meniru ucapan Tabarez ke anak buahnya.

Uniknya, seperti kerbau dicucuk hidungnya, para bintang Uruguay yang rata-rata berkiprah di klub papan atas Eropa itu menuruti titah sang komandan.

Setelah puas melakoni dua kali latihan, Tabarez baru mengizinkan anak buahnya mengunjung pertokoan Senayan City pada Kamis (7/10). Waktunya pun hanya dibatasi dua jam. Seperti robot, begitu tenggat waktu bersantai-santai selesai, para pemain buru-buru menuju bus jemputan.

Martin Caceres, yang datang terlambat dibanding rekan-rekannya, tergesa-gesa menuju pintu lobi. Ajakan wawancara singkat dari stasiun televisi ditolaknya. "Maaf, pelatih sedang menunggu saya," kata Caceres itu dengan wajah tegang seakan menyadari akan kena damprat jika sampai telat.

Gaya cenderung otoriter dari sang mentor ini agak aneh. Lawan yang dihadapi Uruguay hanya Indonesia gitu lho, yang dilihat dari peringkat FIFA bak bumi dengan langit. Masa sih persiapannya harus seserius menghadapi Piala Dunia.

Namun, seusai pertandingan pandangan saya berubah 180 derajat terhadap sosok pelatih veteran tersebut. Kekaguman justru timbul. Uruguay menampilkan permainan penuh keseriusan saat menjajal Indonesia.


 

Cinta Negara

Keseriusan menjalani laga ini terlihat kala memainkan formasi andalannya yang juga diusung di PD 2010. Patron 4-2-3-1 dimainkan secara apik olaeh Diego Lugno dkk. mengahadapi tim lemah Indonesia. Uruguay, yang menduduki ranking tujuh dunia versi FIFA, menempatkan dua gelandang bertahan untuk melapis pertahanannya.

Tabarez menganngap laga ini serius. Ia bahkan secara khusus meminta agar pemainnya melayani setiap permainan keras Indonesia. Ia pun mengakui sempat melakoni riset untuk mendeteksi pemain-pemain berbahaya Indonesia.

Indonesia banyak berterima kasih kepada Tabarez karena lewat penampilan serius tim asuhannya, Firman Utina cs. bisa belajar banyak bagaimana bermain bola dengan baik. Tim-tim kelas dunia seperti inilah yang kita butuhkn. Mereka datang bukan hanya untuk meneruk jatah uang fee semata, tetapi juga mentransfer ilmu.

Ucapan manis penuh makna dilontarkan Tabarez kepada wartawan sebelum menutup sesi konferensi pers. "Timnas Indonesia harus menanamkan cinta kepada negaranya, seperti yang saya tekankan kepada pemain saya untuk cinta kepada Uruguay," katanya. Bagaimana, punggawa Garuda?

No comments:

Post a Comment