Agar bisa menculik Dewi Sinta, Mahapatih Marica bersiluman menjadi kijang emas, sementara Prabu Rahwana berubah menjadi pendeta tua. Usaha itu mereka lakukan untuk mengetahui dan mengecoh system penjagaan terhadap Dewi Sinta. Rahwana akhirnya berhasil mencuri Dewi Sinta. Demikian dikisahkan dalam Ramayana.
Virus, yang merupakan parasit bagi makhluk hidup, juga senantiasa ‘bersiluman’ dengan cara bermutasi guna mengelabui sistaem pertahanan sel inang. Cara ini memudahkan virus untuk memasuki sel dan bisa mengakibatkan kematian bagi organisme yang diifeksi. Bukan hanya itu, dengan bermutasi, virus juga bisa kebal terhadap obat yang digunakan manusia untuk menumpas virus.
Salah satu virus yang berbahaya bagi manusia adalah virus influenza. Pada kurun lima tahun terakhir masyarakat dunia dihebohkan oleh penyebaran salah satu subtype influenza A, yaitu H5N1 yang disebut flu burung. Virus ini dilaporkan telah membunuh 262 orang di seluruh dunia. Di Indonesia saja korbannya mencapai 115 orang.
Belum selesai menghadapi H5N1, kini masyarakat dunia dikejutkan oleh merebaknya infeksi dan penularan virus influenza A subtype H1N1. Dalam waktu yang relative singkat, virus ini telah membunuh lebih dari 400 orang di seluruh dunia. Dunia pun dinyatakan dalam keadaan pandemi influenza.
Di tengah kecemasan menghadapi pandemi, dilaporkan bahwa mulai ada virus influenza, baik H5N1 maupun H1N1, yang kebal terhadap Tamiflu. Tamiflu dijadikan obat antivirus andalan untk menangkal penyebaran H5N1 ataupun H1N1.
Hambat “neuraminidase”
Oseltamivir, obat antivirus influenza yang dikenal dengan sebutan Tamiflu, bekerja dengan cara menghambat neuraminidase, yaitu protein enzim yang berada pada permukaan virus. Dalam menghambat neuraminidase, oseltamivir menempel pada sisi aktif enzim neuraminidase menjadi tidak aktif. Neuraminidase berperan dalam melepaskan virus yang baru terbentuk sehingga virus baru ini bisa menyebar dan menginfeksi sel yang lain.
Virus yang baru terbentuk sebagai hasil pengembangbiakan dai dalam sel awalnya masih menempel pada permukaan sel melalui residu asam sialat. Untuk melepaskan virus membran sel inang, neuraminidase memotong residu asam sialat tersebut. Jika aktivitas neuraminidase dihambat oleh oseltamivir, virus yang baru terbentuk tidak bisa lepas untuk menyebar sehingga pengembangbiakan virus bisa dihentikan.
Kondisi ini akan membantu system pertahanan tubuh untuk memenangi pertarungan melawan virus influenza yang tengah menyerang sehingga orang yang terinfeksi bisa sembuh.
Namun, jika oseltamivir gagal menghambat aktivitas neuraminidase, virus akan tetap berkembang biak dan bisa menyebar dari sel yang satu ke sel yang lain, walaupun penderita diberikan obat Tamiflu. Keadaan ini sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa penderita. Sebagai contoh, kasus kematian penderita akibat terinfeksi H5N1 yang kebal terhadap Tamiflu antara lain dilaporkan terjadi di Vietnam serta akibat infeksi H1N1 yang kebal Tamiflu dilaporkan terjadi di Belanda.
Mutasi gen “neuraminidase”
Virus influenza bisa bertambah menjadi kebal terhadap Tamiflu karena terjadi mutasi pada gen neuraminidase, yaitu gen penyandi neuraminidase. Mutasi adalah perubahan basa nukleotida pada molekul DNA atau gen, misalnya, perubahan basa sitosin (C) menjadi basa timin (T). Perubahan basa ini dapat mengakibatkan perubahan sandi genetik yang selanjutnya bisa mengubah residu asam amino dari protein yang disandi.
Gen neuraminidase berukuran 1.362 pasang basa dan menyandi protein neuraminidase, yang terdiri dari 454 residu asam amino. Mutasi C menjadi T pada basa nukleotida yang ke-763 mengubah residu asam amino yang ke-454 pada protein neuraminidase dari histidin menjadi tirosin.
Prubahan ini mengakibatkan tempat penempelan oseltamivir pada protein neuraminidase berubah sehingga oseltamivir tidak lagi bisa terikat pada neuraminidase. Akibatnya, aktivitas neuraminidase tidak bisa dihambat dan replikasi virus tidak bisa dihentikan oleh Tamiflu. Mutasi lain yang juga dilaporkan menimbulkan resistensi terhadap Tamiflu adalah mutasi yang mengubah residu asam amino ke-292 dari arginin menjadi lisin dan yang mengubah residu ke-294 dari asparagin menjadi serin.
Untuk mengantisipasi munculnya mutasi yang berbahaya pada virus influenza, sekuen atau urutan basa nukleotida DNA virus yang sedang berjangkit perlu dianalisis secara rutin. Perubahan gen neuraminidase perlu dipantau guna mengantisipasi berjangkitnya virus yang resisten terhadap Tamiflu. Selain itu, obat antivirus influenza alternatif juga perlu dikembangkan. Pengobatan menggunakan beberapa senyawa dengan cara kej\rja yang berbeda juga perlu dipertimbangkan.
I MADE ARTIKA
Dosen Departemen Biokimia,
FMIPA IPB Bogor
Peneliti pada Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta
Kompas, 18 September 2009
No comments:
Post a Comment