Waarschuwing!!!

Blog ini tidak diperuntukkan kepada:

1. Yang tidak/belum bisa membaca

2. Yang tidak suka sama isinya atau backgroundnya

3. Yang tidak memiliki nyali untuk membuka blog ini



Jika Anda ingin membaca blog ini, persiapkan mental Anda, serta harus kuat rohani dan jasmani.

Thursday, June 10, 2010

Football Film Festival @ Erasmus Huis

6 Juni 2010

Hari itu gw udah nyusun rencana buat pergi ke sebuah tempat setelah latihan voli, Erasmus Huis. Ya, pusat kebudayaan Belanda yang terletak di Rasuna Said (sebelah kedubes Belanda). Kenapa gw mau kesana? Karena gw mau menghadiri acara Football Film Festival. Hari ini hari terakhirnya, sebenernya sih dari hari Kamis, acara puncaknya hari Jum'at. Nah, disana lagi ditayangin beberapa film tentang sepakbola gratis menyambut Piala Dunia.

Sebenernya pas hari Jum'at gw juga kesana sepulang latihan, yah udah jam setengah 9. Dengan kaos oblong, celana selutut, sandal jepit, dan rambut agak awut-awutan, pak satpam Erasmus Huis mengizinkan saya masuk. Pas masuk, gw cuma ngambil brosurnya doang dan pulang.

Abis latihan jam setengah 2, gw dan adek gw dianterin bokap naik mobil kesana dari tempat latihan. Hari ini filmnya mulai dari jam 13.30 (telat gw) dengan filmnya sebagai berikut:
Garuda di Dadaku (Indonesia)
All Stars (Belanda)
Maradona
The Damned United (Inggris)
Duit, Dukun, Dingklik (Indonesia)

Pas nyampe disana, gw sama adek gw langsung masuk dan naik tangga menuju auditorium, tempat penayangan filmnya. Namanya juga telat, pasti gw gak dari awal nontonnya. Garuda di Dadaku, untung aja gw pernah liat di TV.

Pastinya beberapa orang udah pernah nonton film ini. Kisah seorang anak kelas 6 SD, Bayu, yang ingin menjadi pesepakbola. Tetapi kakeknya bilang kalau menjadi pemain bola itu gak ada gunanya, malahan kakeknya masukin dia ke les drum dan melukis. Akhirnya dia cuma bisa main bola diam-diam didampingi oleh temannya, si maniak Arsenal, Heri, bersama supirnya di kuburan. Dan diam-diam juga dia ikut seleksi timnas U-13. Film ini sih emang bagus kok, dan ada lucunya.

Garuda di Dadaku selesai. Gw keluar dari auditorium dan liat komik "Kaas" yang dipajang di sebuah ruangan. Sebenernya sih bagus. Sayang, pake bahasa Belanda. Jadinya gw gak begitu ngerti deh.

Dan kembali ke auditorium. Film kedua, All Stars, film Belanda tahun 1997. Pas gw nonton, anjrit! FILMNYA KAGAK ADA SENSOR!!! Gw cuma bisa ngumpat dalam hati. Masalahnya, adek gw juga ikut nonton. Kalo gw doang sih, gaspoll, nonton aja.

All Stars, menceritakan tentang persabatan 11 orang yang bermain bola selama 15 tahun di sebuah klub amatir. Di film ini, mungkin agak menyedihkan. Persahabatan mereka, walaupun mereka sudah dewasa dan mempunyai kehidupan masing-masing, tetap erat, walaupun berbagai masalah mengahadapi mereka--hingga pertandingan mereka yang ke-500.

Abir nonton All Stars, gw dan adek gw keluar. Pertama, karena kedinginan (dasar katro). Padahal gw udah pake kaos dan celana panjang. Kedua, karena adek gw mau sholat Ashar (gw lagi gak sholat). Ketiga, karena gw mau menikmati taman.

Selagi adek gw lagi sholat, gw foto-fototo tamannya (foto menyusul).

Masuk lagi, dan ternyata udah ada bokap gw. Film ketiga, Maradona, adalah sebuah film dokumenter karya Emir Kusturica. Semua tentang Maradona. Pas filmnya selesai, semua penonton

Dan akhirnya kita pulang jam setengah 8, gak nonton 2 film yang lain, ngantuk.

No comments:

Post a Comment