Setiap orang pasti punya keluarga. Gak mungkin
ada orang yang sendiri. Setiap orang pasti punya ibu dan ayah. Walaupun ibu dan
ayah kalian sudah tiada.
Memang ibu kalian yang melahirkan. Tapi kalian
gak bakal lahir kalo gak ada seorang ayah. Karena tanpa ayah, ibu tidak akan
melahirkan. Kecuali Maryam yang melahirkan seorang Nabi Isa A.S. atau Nabi Adam
A.S. dan istrinya Hawa yang dibuat dari tanah.
Tidak mungkin seorang anak tidak punya ayah. Mungkin
ada, tapi anak itu adalah anak yang tidak mengetahui siapa ayahnya.
Kalian pasti tidak pernah ingin orang tua
kalian, baik ayah atau ibu kalian disakiti orang lain, walaupun hanya sebatas
candaan biasa. Tapi apa yang terjadi jika salah satu dari mereka, baik ayah
atau ibu kalian disakiti oleh orang yang tak pernah diinginkan?
Sedih?
Marah?
Geram?
Murka?
Sakit hati?
Pasti itu yang kalian rasakan. Jika tidak,
saya yakin, otak dan hati Anda sudah mengeras.
Setidaknya itulah yang sedang saya alami,
seorang anak yang berusaha memberikan yang terbaik kepada orang tuanya sampai
merantau ke tempat orang yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya demi orang
tua. Di penutup tahun ini kabar menyakitkan itu ternyata sampai juga di telinga
saya. Ternyata selama ini yang membuat ayah saya menderita adalah ANDA.
Sedih? Ya! Marah? Tentu saja! Geram? Pasti! Murka?
Sangat! Sakit hati? Natuurlijk!!!
Bagaimana saya tidak mengalami kelima kata
diatas kalau tidak ada sebabnya. Ya! Itu karena Anda! Anda, yang telah membuat
ayah saya menderita akhir-akhir ini. Bukan ayah saya saja yang notabene
mengalami secara langsung, tapi juga ibu saya, yang sibuk mengurusi ayah
walaupun tidurnya hanya sebentar dan tentu saja sangat lelah. Selain itu juga
adik saya yang ikut membantu ibu. Dan tentu saja saya, yang terpaksa tidak bisa
melihat langsung ayah karena saya sedang menuntut ilmu di luar kota. Bukan kami
bertiga saja, orang lain juga ikut panik dan sedih dengan keadaan ayah saya
waktu itu. Tapi yang paling parah adalah kami, keluarganya.
Mungkin saya terlihat egois, tidak mau melihat
keadaan, hanya menanggapi dengan seenaknya keadaan ayah saya. Yah, itu hanya
tampak luar. Tapi sebenarnya saya panik, saya takut, dan tentu saja, saya sedih
mengetahui keadaan ayah saya seperti itu, walaupun saya hanya tahu keadaannya
lewat sambungan 2 arah saja. Mimpi buruk tentang ayah sering menghantui saya. Bahkan
saya sempat bermimpi yang paling buruk dan paling tidak diinginkan oleh semua
orang, ditinggalkan oleh orang yang dicintai. That’s nightmare!
Sakit dan terus sakit. Sebulan ini tanda tanya
memenuhi otak saya? Sebenarnya ayah sakit apa? Terus saja pikiran negatif
menghantui saya. Tetapi pikiran negatif itu cepat hilang karena lingkungan
disini mendukung saya untuk berpikiran positif. Tentu saja yang saya takutkan,
kejadian yang persis menimpa kakak ayah saya beberapa bulan yang lalu.
Tapi alhamdulillah. Akhirnya ayah saya pun
sembuh. Musnah sudah pikiran buruk saya. Saya bisa bertemu ayah saya nanti saat
liburan, semoga Allah mengizinkan. Tapi tetap saja pertanyaan tentang penyakit
ayah itu belum terjawab. Saya terus bertanya ibu, tapi dia hanya menjawab, “Sudah,
Na. Berdoa aja semoga pa’e sehat.” Dan tentu saja, hal itu yang membuat saya
semakin bertanya-tanya.
Dan pertanyaan saya pun terjawab. Hari ini.
Sedikit kaget tetapi tidak terlalu kaget. Karena
jawaban itu ternyata sempat terbesit di dalam pikiran saya.
Kaget? Tentu saja! Exactly! Natuurlijk!
Bagaimana bisa? Apa salah ayah saya? Siapa Anda?
Apa yang Anda inginkan dari ayah saya!? Harta? Kebahagiaan? Jabatan? Apa salah
ayah saya!? Apa ayah saya pernah menyakiti Anda!?
Yang saya tahu, ayah adalah orang yang cuek. Tidak
pernah peduli situasi yang buruk. Pasti akan segera ia lupakan sesuatu yang
buruk itu. Dan ayah saya tidak pernah peduli dengan orang yang tidak menyukainya.
Kalau ayah saya pernah menyakiti Anda atau
Anda tidak menyukai ayah saya, bersikaplah layaknya manusia sejati. Gentle! Bicara
di depan wajah ayah saya. Jangan beraninya main belakang. Apalagi kalau caranya
seperti ini. Bencong lo! Banci! Dan cara Anda ini bukanlah sebuah lelucon pada
April Mop, paham!? Ini masalah serius. Ini bisa menjadi kejahatan dunia, juga
akhirat.
Mungkin Anda tertawa setelah Anda berhasil ‘mengerjai’
ayah saya. Tapi tawa Anda tidak sebanding dengan kesedihan yang saya alami, dan
orang lain yang mengenal ayah kami dengan baik.
Oke mungkin orang menilai bahwa saya juga
banci, karena saya hanya berbicara melalui ketikan saya disini. Tapi itu bukan
karena saya banci, itu karena saya tidak tahu siapa Anda sebenarnya. Orang seperti
apa Anda. Saya tidak tahu apakah Anda itu pria, wanita, belum menikah, sudah
punya anak, janda, duda, atau masih muda, mungkin juga Anda sudah meninggal. Entahlah.
Hanya Allah dan orang yang bersangkutan yang tahu. Mungkin saya juga tahu, tapi
suatu saat nanti.
Saya marah kepada Anda? Pasti! Mungkin sampai kapanpun
saya akan marah kepada Anda karena Anda beraninya bermain dengan nyawa ayah
saya. Tapi bernapas dengan legalah Anda karena saya tidak tahu siapa Anda
sebenarnya. Yang saya tahu dari Anda adalah Anda adalah orang yang paling
berengsek yang pernah saya tahu.
Tapi apa daya, tidak baik manusia memiliki
dendam. Saya hanya berdoa yang terbaik untuk Anda. Semoga Anda cepat bertobat. Atau
kalau perlu minta maaf kepada ayah saya. Karena Anda tahu? Karma sama dengan
Hukum Newton III, dimana aksi sama dengan reaksi. Anda melakukan, pasti Anda
dapat konsekuensinya.
Tertawalah sekarang sepuas Anda. Tapi nantinya
kamilah yang menertawai Anda.
Hah persetanlah. Yang penting ayah saya sudah
sembuh sekarang. For revenge? I’ll think about it later.