Waarschuwing!!!

Blog ini tidak diperuntukkan kepada:

1. Yang tidak/belum bisa membaca

2. Yang tidak suka sama isinya atau backgroundnya

3. Yang tidak memiliki nyali untuk membuka blog ini



Jika Anda ingin membaca blog ini, persiapkan mental Anda, serta harus kuat rohani dan jasmani.

Wednesday, August 11, 2010

Twitter: Revolusi 140 Karakter!

Cericit burung selalu membuat semangat untuk bangun pagi. Suara itu bisa pula menjadi tanda, “wabah” Twitter telah menebar ke mana-mana. Bahkan Sabtu (24/7) subuh, penyair dan cendekiawan Goenawan Mohammad telah mulai ngetweet (mencericit). “Hitung-hitung olahraga di pagi hari...,” katanya.

Pagi itu, pemilik akun @gm_gm ini ngetweet tentang pandangan penyair India, Rabindranath Tagore, tentang anak-anak. Salah satu tweet-nya berbunyi, “Penyair Rabindranath Tagore iri kepada anak-anak, ‘Berbahagialah engkau, duduk di debu, bermain dengan ranting patah sepanjang pagi’.” #anak. Hebatnya, seri tentang kepedulian Tagore lewat puisi-puisinya kepada anak-anak selalu disampaikan GM dalam 140 karakter! Itulah salah satu revolusi yang dilakukan Twitter dalam jaringan sosial media sehingga bisa begitu dekat dengan kehidupan orang-orang seperti GM.

Revolusi dalam pengertian yang amat fisik justru terjadi di Moldova sekitar awal April 2009. Sebagaimana diberitakan Kompas, 9 April 2009, aktivis dan jurnalis Natalia Morar pada 6 April 2009 memulai revolusi dari akun Twitter. “Kami mengorganisasi aksi menggunakan Twitterdan SMS... Kami datang ke gedung parlemen. Di sana ternyata sudah ada 20.000 orang menanti. Benar-benar tak bisa kupercaya,” kata Morar.

Dalam aksi itu kemudian polisi anti huru-hara merebut gedung parlemen yang dikuasai pemrotes dan menahan 193 orang pendukung oposisi yang menentang Partai Komunis yang berkuasa.

Skala kecil

Dalam skala lebih pribadi, Twitter telah membawa Fahira Idris, seorang floris di Jakarta, pelan-pelan berubah. “Saya merasakan ada yang berubah dari diri saya sejak aktif di Twitter, terutama dalam masalah religi,” kata Fahira, awal pekan ini. Ia merasa lebih tekun mendalami agama setelah membaca timeline (alur pesan) orang-orang yang ia follow (ikuti). Bahkan, meski tidak berhubungan secara langsung, beberapa waktu lalu Ketua Harian Perbakin ini melakukan perjalanan umrah ke Tanah Suci.

Twitter bagi Fahira jauh lebih mewadahi ekspresinya sebagai orang urban yang sibuk. Tampilannya yang sederhana dan fleksibel, sehingga mudah diakses dari telepon seluler, dan limit tweet yang hanya bisa 140 karakter membuatnya tertantang. “Melalui Twitter saya jadi belajar menulis, dibatasi 140 karakter pula...,” ceritanya.

Kota sibuk dan macet seperti Jakarta kemudian menjadi “habitat” subur bagi tumbuhnya pengguna Twitter. Orang-orang seperti GM, Fahira, termasuk penyanyi Sherina Munaf dan presenter Olga Lidya, mengisi kemacetan dengan nge-tweet tentang berbagai hal. Posting-an alias teetan para pemilik akun bisa digolongkan ke dalam: 1) promosi produk, 2) mengabarkan aktivitas sehari-hari, 3) diskusi tentang bidang yang digeluti, 4) posting sesuai interest masing-masing, 5) bisa juga kontrol sosial.

Menurut pengamat teknologi informasi Ono W Purbo, Twitter termasuk microblogginng yang enak diakses karena mudah, cepat, dan murah. “Dibandingkan Facebook, Twitter lebih ringkas kerana hanya mengandalkan lalu lintas tulisan sepanjang 140 karakter dan tidak diganggu iklan, foto, dan video,” katanya.

Sementara menurut pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Muhamad Sulhan, Twitter dalam ilmu komunikasi pada prinsipnya adalah bentuk komunikasi interpersonal yang dimediakan. Indikasinya, pada Twitter terdapat status yang sifatnya personal yang diunggah. “Ungkapan personal itu sejajar dengan kata tweet...,” katanya.

Barangkali lantaran sifat-sifat Twitter inilah penggunanya terus melonjak. Menurut survei Sycomos, ComScore, dan Komunitas Twitter Fred Wlison, sebagaimana diungkapkan Wicaksono, seorang blogger, pengguna Twitter di Indonesia telah mencapai 5,6 juta orang. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara pengguna Twitter tertinggi di Asia. Bahkan, Indonesia menduduki posisi nomor enam di dunia setelah Amerika Serikat, Inggris, Brazil, Kanada, dan Australia.

Sherina

Tanpa mengetahui data ini pun penyanyi seperti Sherina dan artis Olga Lidya tetap merasa berkepentingan. Hampir setiap hari Sherina ngetweet soal remeh-temeh seperti mau mandi atau makan. Terkadang pula ia ngetweet jadwaalnya menyanyi di berbagai tempat. Dan sekitar 475.839 followers-nya (pengikut) bisa langsung merespons dengan berbagai ekspresi.

Karena pengikutnya begitu banyak, Sherina pernah dinobatkan sebagai “Woman for Networking” oleh majalah Marketeers. Selain itu, oleh berbagai produk, pengikut yang banyak juga berarti pasar. Sherina kemudian dikontrak oleh sebuah produk untuk ngetweet merek produk tersebut. “Saya menanggapi (respons followers) kalau ada komentar seru dan menarik,” kata Sherina.

bisa langsung merespons dengan berbagai ekspresi.

Karena pengikutnya begitu banyak, Sherina pernah dinobatkan sebagai “Woman for Networking” oleh majalah Marketeers. Selain itu, oleh berbagai produk, pengikut yang banyak juga berarti pasar. Sherina kemudian dikontrak oleh sebuah produk untuk ngetweet merek produk tersebut. “Saya menanggapi (respons followers) kalau ada komentar seru dan menarik,” kata Sherina.

Olga Lidya tak sejauh Sherina. Presenter ini hanya memperlakukan Twitter sebagai pengisi waktu “terbuang” di tengah kemacetan Jakarta atau saat-saat menunggu giliran shooting. Saat riuhnya Piala Dunia lalu, Olga memberi ilustrasi, ia ngetweet soal si Paul Gurita. “Eh ternyata dapat jawaban macem-macem dan lucu...,” katanya.

Bagi mantan anggota DPR, Alvin Lie, Twitter diperlakukan sebagai bagian dari media kontrol sosial. “Twitter jadi katup sosial. Kita sering komplain, tapi sulit disampaikan. Lewat Twitter justru bisa,” katanya.

Dengan hanya memberi ruang 140 karakter kepada para pemilik akun, Twitter kemudian bergerak menjadi revolusi penyederhanaan tampilan, sekaligus menantang kreativitas kita untuk bersikap lebih sublim dan bahkan kontemplatif. Jika revolisi penyederhanaan itu dialirkan kepada puluhan ribu orang, bahkan rezim pun terancam terguling di Moldova. Waspadalah.


Kompas, 25 Juli 2010

No comments:

Post a Comment