Kertas
Sejak tahun 3000 SM, bangsa Mesir kuno sudah menggunakan tumbuhan Papirus sebagai tempat menulis. Caranya, lapisan dalam Papirus disusun berdampingan lembar demi lembar. sehingga menjadi cukup panjang untuk ditulis atau digambar. Pada tahun 300 SM ketika Perpustakaan Alexandria berdiri dan menghabiskan persediaan papirus untuk mengisinya, seorang warga Romawi bernama Eumenes, tidak mau tinggal diam. Ia mendirikan perpustakaan tandingan di Paergamum dan mengisinya dengan tulisan manuskrip pada parchment (lembaran kulit kambing yang sudah diproses). Sayangnya, walaupun bisa digulung, lembaran manuskrip papirus maupun parchment berat dan repot untuk dibawa kemana-mana.
Untunglah dari masa pemerintahan Dinasti Han (105 SM), seorang abdi istana bernama Chai Lun menciptakan kertas dari bubur kayu yang kemudian dikeringkan dan menjadi cikal bakal kertas untuk buku yang kita gunakan sekarang. Buku berjudul Diamond Sutra dicetak menggunakan cetakan huruf kayu pada tahun 868 M dan menjadi buku cetak pertama di dunia, yang juga menunjukkan kehebatan kertas buatan Cina.
Pulpen
Di sekitar abad ke-6 sampai ke-18, pena dibuat dari batang bulu unggas, seperti bulu angsa dan disebut Quill Pen. Bagian dalam batang ini berupa pipa sempit yang berfungsi sebagai tempat cadangan pipa. Setelah dicelupkan pada botol tinta, isinya akan keluar perlahan dari ujung batang yang telah disayat sedikit diagonal. Hasilnya, terciptalah goresan tinta berkat system kapilarisasi. Lucunya, bila di film-film bangsawan, kita sering melihat model pena ini dihiasi bulu unggas, kenyataannya justru sebaliknya. Bulu-bulu unggas tidak diperkenankan karena akan mengganggu jika digunakan.
Pena batang bulu unggas berevolusi menjadi fountain pen. Di awal penemuannya, kita harus menggunakan semacam botol tetes mata berisi tinta, untuk mengisi ‘tangki’ pena. Tidak heran kalau masih banyak yang menganggap pena ini tidak praktis. Soalnya, isi tinta sering meluap keluar dan mengotori tangan. Walaupun begitu, kita masih menggunakan fountain pen sampai sekarang karena pena ini cocok dan canggih untuk membuat tulisan indah atau kaligrafi. Apalagi setelah pena ini dimodifikasi sehingga menjadi lebih aman dan user’s friendly.
Kita harus berterima kasih kepada Laszlo Biro, editor surat kabar asal Hungaria. Gara-gara kerepotan mengisi tinta fountain pen dan kesal dengan noda tinta yang meluap dan ujung pena yang tajam yang seringkali merobek kertas, Biro danadiknya bekerja sama menciptakan pena model baru yang menyimpan bola super kecil di ujungnya. Seiring dengan pena yang bergerak menggores kertas, bola di ujungnya pun ikut bergerak, ‘mengambil’ tinta dari isi pena dan meninggalkan ‘jejak’ di kertas. Terciptalah sebuah ballpoint yang lantas dipatenkan di Argentina dan laku dijual dengan merek Biromen, karena merupakan produk hasil kerjasama Biro bersaudara dan Juan Jorge Meyne. Bahkan di Argentina, hari kelahiran Laszlo Biro (29 September), diperingati tiap tahun sebagai Hari Penemu Nasional.
Pensil
Kalau pena menggunakan bahan cair tinta, pensil yang dalam bahasa latin disebut pencilus (buntut kecil) menggunakan bahan pigmen keras seperti grafit atau arang. Hal ini bermuladi tahun 1500-an, ketika penduduk daerah Cumbria-Inggris menemukan cadangan grafit besar-besaran. Merekapun lantas menggunakan materi ini untuk menandai hewan ternak mereka.
Karena terlalu lunak, grafit susah dipakai untuk menulis, sehingga harus dilapisi bahan yang cukup keras. Untungnya ada Matthew Aaron Solnit yang berjasa menciptakan pensil modern. Ia mencampur grafit yang sudah dihaluskan dengan bubuk tanah liat dan sedikit air, sehingga bahan grafit yang lunak itu bisa dibentuk seperti spaghetti. Setelah dibakar dan dilumasi dengan kayu minyak, ‘spaghetti’ grafit itu diletakkan di bagian dalam belahan kayu Jenever dan ditutup bagian lain belahan kayu yang telah diberi lem. Seluruh batang kayu berisi grafit itu dipotong-potong sesuai ukuran pensil yang biasa kita pakai sekarang.
Penghapus
Sebelum penghapus modern ada, orang-orang biasa menggunakan roti putih (tanpa pinggiran) untuk menghapus goresan pensil dan arang. Tahun 1770, Edward Naime, insinyur Inggris tanpa sengaja mengambil sebentuk karet (bukannya remah roti yang biasa digunakan) untuk menghapus gambar buatannya. Hasilnya, karet tersebut lebih ampuh menghilangkan bekas coretan pensil. Edward pun sukses menjual karet penghapus alami dengan harga yang tinggi. Seiring perkembangan zaman, kini sudah ada berbagai macam karet penghapus sesuai fungsinya.
Tipp-Ex
Kita memang lebih banyak mengenal cairan koreksi tinta ini dengan nama merek yang mempopulerkannya sejak tahun 1959 di Frankfurt, Jerman. Bentuk awal cairan ini ditemukan oleh Betty Nesmith Graham, seorang sekertaris bank. Selama lima tahun ia selalu membawa cat air warna putih dan sebatang kuas ke kantor untuk memperbaiki kesalahan ketik pada pekerjaannya. Sekarang, alat koreksi ini hadir dalam berbagai bentuk kemasan, seperti bentuk pita atau kertas, bolpen, bahkan ada yang berisi cairan koreksi warna-warni buat kita yang ekstra kreatif.
Gunting
Bangsa Mesir kuno disinyalir sudah menciptakan gunting pada tahun 1500 SM. Semenjak itu, berbagai bangsa di seluruh penjuru dunia pun satu demi satu berusaha memodofikasi alat pemotong sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun pada tahun 1761 Robert Hinchliffe memproduksi sepasang gunting modern pertama yang terbuat dari besi tempa berlapis. Sampai detik ini, berbagai macam bentuk atau tekstur gunting diciptakan sesuai kebutuhan. Ada yang khusus untuk pengguna tangan kiri, memotong lapisan timah, daun, sampai ubin. Setiap bentuk memiliki tugas tersendiri.
No comments:
Post a Comment