Waarschuwing!!!

Blog ini tidak diperuntukkan kepada:

1. Yang tidak/belum bisa membaca

2. Yang tidak suka sama isinya atau backgroundnya

3. Yang tidak memiliki nyali untuk membuka blog ini



Jika Anda ingin membaca blog ini, persiapkan mental Anda, serta harus kuat rohani dan jasmani.

Saturday, May 15, 2010

FROM URUGUAY WITH LOVE: Cerita Syamsir Alam - Indonesia Tidak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Edisi Ketujuh - 8 April 2009
8 Apr 2009 09:44:47

Dear pembaca GOAL.com Indonesia,

Apa kabar? Lama juga tidak berbagi cerita di sini. Pembaca tentu sudah tahu tim S.A.D. Indonesia sedang "ditinggal" Cesar Payovich Perez yang ditunjuk mempersiapkan timnas SEA Games akhir tahun nanti. Kalau pembaca penasaran ada perubahan tertentu di Montevideo, hmm.. tidak banyak yang terlalu berubah. Kita kan harus selalu profesional siapapun yang menangani tim.

Cesar diganti Alberto Bica. Nah, coach Alberto adalah salah satu pemain yang menjuarai Piala Dunia Antarklub di Jepang saat bermain untuk Nacional, klub tangguh dari Uruguay, dan menang di final saat melawan Nottingham Forest tahun 1981. Menurut saya, dia pemain kaya pengalaman dan pelatih bagus. Jadi, tak ada perubahan berarti dalam tim.

Pada pertandingan terakhir, tanpa Cesar, tim bisa memetik kemenangan atas Racing karena kondisi pemain sangat bugar setelah mendapat libur kompetisi satu minggu. Kami juga punya konsentrasi dan keinginan luar biasa untuk meraih tiga poin. Jalannya pertandingan cukup alot pada babak pertama, tapi setelah babak kedua lewat 15 menit, fisik pemain Racing mulai turun sehingga kita bisa menambah dua gol lagi.

Pada pertandingan itu, perkembangan yang saya rasakan dalam tim adalah kami sudah berani memainkan bola dari kaki ke kaki dan yang harus dibenahi mungkin ketenangan saat memegang bola atau saat bola dalam penguasaan kita.

Sudah tujuh pertandingan yang kami jalani hingga saat ini. Kalau boleh cerita, saya bilang penampilan terbaik tim saat melawan Defensor, pimpinan klasemen saat ini. Tim ini memiliki organisasi terbaik di Uruguay. Kami mampu memaksa mereka bekerja ekstra keras untuk mengalahkan kami. Apalagi kami sempat mencolong gol cepat saat itu.

Pelatih Defensor bicara kepada Cesar, "Saya pikir pertandingan ini bisa kami selesaikan dengan empat atau lima gol tanpa balas, ternyata saya salah. Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata."

Pada pertandingan berikutnya, kami akan menghadapi River Plate. Tim ini tim bagus dan saya yakin pertandingan Sabtu (11/4) nanti adalah pertandingan yang sangat alot. Dan, kita tidak akan dengan gampangnya memberikan tiga poin untuk River meski bermain di kandang mereka.

Ngomong-ngomong soal rencana PSSI mendatangkan pemain berdarah Indonesia yang bermain di Belanda, sebagai pemain muda, saya tidak merasa tersaingi kalau seandainya mereka jadi pemain timnas. Malah saya akan merasa lebih tertantang untuk lebih berprestasi agar lebih diperhatikan PSSI dan membuktikan produk lokal tidak kalah dengan produk luar bila ditangani dan diperlakukan secara profesional, sebagaimana yang saya rasakan saat ini di Uruguay -- berlatih dan ikut kompetisi selama empat tahun sesuai rencana semula.

Soal rencana jadi tuan rumah Piala Dunia 2022, saya pikir Indonesia mampu! Ada modal penduduk 200 juta jiwa lebih dan negaranya yang luas. Bukan tidak mungkin hal itu terwujud. Dan, mudah-mudahan saya menjadi salah satu pemain pesertanya nanti. Hehehe...

Di luar lapangan, kegiatan teman-teman dalam tim bisa dibilang monoton. Saya sempat cerita kemarin kami baru dapat meja ping-pong di ruang makan, tapi belum terpikir untuk bikin turnamen ping-pong. Malah mungkin lebih sering turnamen Playstation, karena manajemen tim baru membelikan Playstation 3 buat kami...

Sekian dulu dari saya, pembaca. Tunggu saja cerita-cerita berikutnya dari Uruguay!

Salam,

-Syamsir Alam-

No comments:

Post a Comment