Inilah edisi kedua berupa kenang-kenangan Syamsir Alam selama merumput di Uruguay. Striker S.A.D. Indonesia U-17 itu memiliki impian realistis untuk bermain di Eropa suatu saat nanti.
12 Jan 2009 19:54:10
Dear pembaca GOAL.com Indonesia,
Sebelumnya saya sangat berterima kasih atas tanggapan yang telah disampaikan teman-teman pada tulisan saya yang pertama beberapa hari yang lalu. Setelah membaca komentar dari teman-teman, saya lebih tertantang dan siap maju berkembang jadi lebih baik. Insya Allah, dengan semangat dan kedua kaki, saya bisa mewujudkan mimpi kita semua yang sangat haus melihat salah satu anak bangsa bermain di Eropa.
Saya akan berupaya semampu mungkin bisa bermain di salah satu liga Eropa dan tidak bermain di liga Indonesia. Bukan sombong, tapi kita bicara realistis, pasti mimpi semua pemain sepakbola untuk bisa bermain di Eropa.
Pembaca GOAL.com, tak terasa sudah sebulan saya berada di rumah lagi. Sebelum pulang, pelatih Cesar Payovich sudah mengagendakan program latihan individual kepada masing-masing pemain. Programnya berbeda-beda karena tergantung dari kebutuhan pemain yang bersangkutan. Tapi semua programnya berisi latihan fisik, kami dilarang bermain sepakbola dulu selama di Indonesia. Tidak berarti juga saya dapat liburan seenak hati, karena saya tetap harus menjaga kebugaran fisik.
Beberapa menu program yang saya dapatkan seperti berenang, bersepeda, dan bermain bola voli, selain kegiatan latihan fisik lainnya. Tapi, agak susah mencari lapangan bola voli dekat rumah saya, sehingga saya memilih menggantinya dengan berenang. Kebugaran fisik memang saya perlukan agar segera siap begitu kembali ke Uruguay.
Nah, sedikit cerita soal Quinta Division, tim terkuat di sana adalah Danubio, karena sepuluh dari 11 pemainnya bermain untuk timnas Uruguay U-18. Saya juga punya kenangan baik dan buruk selama di sana.
Kenangan bagusnya, saya tak bisa melupakan saat mencetak gol ke gawang Fenix. Terjadinya secara ajaib dan Allah berikan itu tepat di hari ulang tahun saya [6 Juli]. Lebih spesial lagi, itu adalah gol tunggal dan Indonesia sukses mengalahkan Fenix, yang merupakan salah satu tim besar Uruguay.
Tapi kenangan buruknya, di Uruguay pula saya mendapat kartu merah pertama sejak menjadi pemain. Usai dikartumerah, pelatih Cesar menghampiri saya sambil menghardik, "Kasar begitu lebih baik pulang saja ke Indonesia!"
Saya menjawabnya karena kalau tidak saya halangi, pemain itu akan lolos ke pertahanan tim. Tapi, Cesar mengatakan saya tidak perlu melakukan hal itu karena biarkan itu menjadi tugas. Masing-masing pemain sudah punya tanggungjawabnya. Itulah hebatnya Cesar bagi tim, beliau sudah tak ubahnya seperti seorang ayah bagi kami.
Saya sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya kartu merah itu lagi, karena itu membawa kerugian baik bagi saya maupun kepada tim. Tapi, karena peristiwa itu menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah saya, usai pertandingan saya meminta kartu merah itu kepada wasit dan menyimpannya sebagai kenang-kenangan sekaligus pengingat untuk tidak mengoleksinya lagi. Memang, saya bisa emosi, tapi mudah-mudahan lain kali bisa diredam.
Sampai ketemu di edisi berikutnya...
Salam hormat,
Syamsir Alam
No comments:
Post a Comment